Opini oleh: Andrianto (Sekertaris DPD LSM GMBI Kota Metro)

Opini oleh: Andrianto (Sekertaris DPD LSM GMBI Kota Metro)

Temporatur.com

METRO, temporatur.com – Wakil rakyat di Kota Metro benar-benar sedang di uji oleh penghuni nya sendiri. Jika DPRD adalah rumah wakil rakyat maka hari ini label tersebut runtuh diterpa gempa berkekuatan besar melalui tindakan para elite pimpinan Dewan.
Tidak main-main isu tersebut mengarah pada pucuk pimpinan tertinggi yaitu ketua DPRD yang di tuding bermain hati dengan sesama anggota dewan yang menjabat sebagai pemegang gawang kehormatan dewan yakni ketua badan kehormatan.
Semua bukan tanpa alasan, bermuara dari sumber yang jelas yang bisa di pertanggung jawab kan. Bermula dari sebuah laporan, istri sah dari ketua badan kehormatan yang secara resmi melaporkan anggota dewan aktif, yang di duga berselingkuh dengan sesama anggota aktif.
Tentu bukti laporan yang di lampirkan serta beberapa lembar kertas yang di tanda tangani dalam keadaan sadar di atas materai, sudah cukup untuk di jadikan petunjuk badan kehormatan untuk mengambil tindakan.
Laporan tersebut mencuat pada 5 Mei 2025, jejak digital tak bisa di bohongi, berita-berita online bertebaran di media sosial grup-grup Facebook yang berisikan ribuan orang. Beragam reaksi serta tanggapan melalui kolom komentar seolah mencerminkan rasa kecewa masyarakat kepada wakil rakyat.
Namun fakta mengejutkan, berselang hanya dengan jeda waktu tiga hari saja, setelah sempat menjadi trending topic pertama dalam obrolan masyarakat, sang pelapor mencabut pengaduan nya melalui surat tertulis ke badan kehormatan. Justru ini menjadi kecurigaan masyarakat, mengapa dengan mudah nya begitu. Dan lebih miris nya lagi, ketika badan kehormatan bukan nya serius memperdalam akar masalah berupa laporan, malah ikut terbawa arus deras melalui penyampaian-penyampaian yang bersifat formalitas tapi nol tindakan. Ini bukan tentang persoalan cucuk cabut laporan, namun ini bicara tentang kehormatan DPRD yang jadi pertaruhan. Bukan kah isu ini sudah menjadi konsumsi publik yang mana bahkan menjadi pembahasan panas di tengah masyarakat.
Lalu siapa yang jadi korban? Jawabannya adalah rakyat. Rakyat tidak pilih kalian untuk bermain drama,
Kami ingin mengingatkan satu hal yang sangat sederhana, kalian dipilih oleh rakyat untuk bekerja, bukan untuk menciderai mandat publik.
Data tak bisa dibantah, rakyat sudah muak. Survei GMBI terhadap 250 warga dari lima kecamatan menunjukkan bahwa 82 persen rakyat Kota Metro tidak lagi percaya DPRD mewakili kepentingan masyarakat. 45 persen rakyat yakin skandal pribadi memengaruhi keputusan politik. 68 persen rakyat menyatakan siap ikut aksi sebagai bentuk reaksi dari kemandulan sistem yang tidak berjalan, lebih bermartabat seorang ibu berdaster yang mampu mendidik anak membentuk karakter baik, dari pada yang katanya anggota Dewan terhormat namun tidak mampu menjaga kehormatan nya.

Bacaan Lainnya

Pertanyaannya, apakah kalian akan terus bersembunyi di balik gedung megah sambil berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Atau kalian akan punya keberanian untuk bicara jujur ke publik.

Tiga tuntutan rakyat, dan kami tidak bermain-main. Pertama, kami minta tim etik DPRD harus dibentuk dalam 7 hari ke depan, untuk menyelidiki skandal personal yang mempengaruhi proses politik.

Kedua, oknum yang terlibat harus dibekukan sementara dari semua jabatan strategis sampai investigasi selesai. Ketiga jika terbukti menyalahgunakan jabatan demi kepentingan pribadi, kami akan menuntut pengunduran diri secara terbuka atau akan kami turunkan melalui gelombang aksi rakyat.

Media harus turun tangan, kepada media massa lokal dan nasional, jangan diam. Ini bukan sekadar gosip DPRD. Ini pembusukan sistem demokrasi, ini bentuk baru dari korupsi yang tidak memakai uang, tapi menggadaikan amanah rakyat melalui nol tindakan.

Publikasikan, bongkar, paksa mereka bicara. Rakyat berhak tahu apa yang terjadi di balik rapat-rapat namun minim tindakan.

Kepada para wakil rakyat terhormat, yang sedang tidak bisa menjaga kehormatan nya, kami hanya ingin katakan satu hal, kalian boleh main drama, tapi jangan jadikan lembaga rakyat sebagai panggungnya. Kalian boleh beralasan, tapi jangan jatuhkan kehormatan dewan dengan perbuatan tanpa etika.

Dan kepada publik Kota Metro, jangan diam. Ayo bangkit dan suarakan. Kita yang menggaji mereka. Kita yang berhak menuntut pertanggungjawaban. Gedung DPRD bukan rumah untuk bermain-main layaknya taman kanak-kanak. Itu adalah tempat sakral di mana nasib ribuan orang ditentukan.

Jika mereka lupa akan hal itu, maka tugas kita adalah mengingatkan. Dengan suara, dengan aksi dan dengan tindakan. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *