Sulitnya Mendapatkan Gas LPG 3 Kg, Banyak Pedagang Mengeluh
Kabupaten Bekasi – Temporatur.com
Saat diberlakukannya kebijakan baru terkait distribusi gas LPG 3 kg yang hanya bisa dibeli di agen resmi, warga mulai merasakan kesulitan.
Salah satu warga Kedungwaringin, Berinisial A D warga KedungWaringin Kecamatan Kedungwaringin,Kabupaten Bekasi, yang mengaku kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan sehari-hari.
Menurut warga Berinisial AD sebelum aturan ini diterapkan, ia bisa membeli gas di warung sekitar rumahnya dengan lebih mudah, meskipun harganya sedikit lebih tinggi.
“Saya lebih baik beli di warung terdekat karena kalo beli ke agen lumayan jauh,dan Itu buat sehari-hari masak dirumah. Bayangkan, dari rumah ke Agen jauh-jauh, cuma beli Satu ngantrinya lama,” ujarnya saat ditemui di pasar Bojong Sari Selasa, 4 Februari 2025.
Warga Berinisial AD juga menyoroti aturan baru yang mengharuskan warga memiliki izin usaha untuk bisa membeli gas melon lebih banyak.
Menurutnya, kebijakan ini menekankan masyarakat kecil yang hanya membutuhkan gas untuk kebutuhan rumah tangga atau usaha kecil-kecilan.
“Saya kasian dengan pedagang dan warga lainnya yang ekonominya kebawah,masa harus membuat izin usaha? Ini hanya bisa untuk masak, bukan usaha besar,” tambahnya.
Ia berharap agar pemerintah segera mengeluarkan aturan ini dan mencari solusi yang lebih berpihak kepada rakyat kecil.
Salah satu usulan yang ia sampaikan adalah membangun lebih banyak pangkalan LPG di daerah pelosok, agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan gas.
“Harapannya Gas Elpiji kembali normal seperti dulu. Kalau bisa, harga juga jangan naik, kasihan rakyat kecil,” jelasnya.
Sementara itu, isar (57) salah satu warga kedung waringin, Kecamatan KedungWaringin, yang keseharian berjualan kopi Martabak Bangka dan Roti bakar mengaku kesulitan beradaptasi dengan kebijakan ini.
Biasanya, ia bisa membeli gas di warung dekat rumah kapan saja dibutuhkan. Namun kini, ia harus pergi lebih jauh ke pangkalan resmi, yang sering kali kehabisan stok karena persediaan di pangkalan terbatas.
“Biasanya tinggal beli di warung dekat rumah, sekarang harus antre di agen. Kalau datang kesiangan, gasnya sudah habis,” ujar Ikam.
“Kalau beli di warung kan gampang, meski harganya sedikit lebih mahal. Sekarang harus ke agen atau pangkalan yang jauh, sementara saya harus tetap menjualan setiap hari,” ungkap ikam.
Kebijakan baru ini bertujuan untuk menyalurkan subsidi LPG tepat sasaran. Namun di lapangan, warga merasa semakin sulit mendapatkan bensin, terutama mereka yang tinggal jauh dari agen resmi
Pemerintah diharapkan dapat mencari solusi agar distribusi gas elpiji 3kg tetap lancar tanpa menyulitkan masyarakat kecil,” pungkasnya.**
(M. UMPAH)