DARURAT LITERASI
Generasi Emas atau Generasi Cemas? Pendidikan Literasi sebagai Kunci Perubahan”
Kabupaten Bekasi- Temporatur.com
Dalam era informasi yang berkembang pesat saat ini, kita berada di persimpangan kritis, sebuah dilema yang mempertanyakan masa depan generasi muda kita. Apakah mereka akan menjadi Generasi Emas yang cerdas dan berdaya saing global, atau justru Generasi Cemas yang terperangkap dalam kebodohan dan ketidak pahaman? Salah satu kunci untuk menentukan arah ini adalah literasi, kemampuan untuk membaca, menulis, dan memahami informasi dengan baik dan benar.
Literasi bukan hanya sekadar kemampuan dasar yang diajarkan di bangku sekolah. Literatur yang baik mendorong individu untuk berpikir kritis, membuat keputusan yang bijak, dan berkontribusi secara positif terhadap masyarakat. Namun, data menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Menurut hasil survei yang dirilis oleh Program for the International Assessment of Adult Competencies (PIAAC) yang dilakukan oleh OECD, Indonesia menempati peringkat rendah dalam kemampuan membaca dan memahami teks, terutama di kalangan orang dewasa (OECD, 2015). Ini menandakan bahwa pendidikan literasi di tanah air kita memerlukan perhatian serius untuk menghindarkan generasi mendatang dari kebodohan dan ketidakmampuan beradaptasi dalam dunia yang terus berubah.
Harus diakui bahwa meski perkembangan teknologi informasi memberi kemudahan akses terhadap sumber daya pengetahuan, hal ini juga menciptakan tantangan tersendiri. Banyak informasi yang beredar di dunia maya mengandung hoaks atau berita palsu, yang dapat menyesatkan pikiran-pikiran muda yang kurang terlatih dalam memilah dan memilih informasi. Data dari We Are Social dan Hootsuite (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 175 juta orang di Indonesia aktif menggunakan media sosial, namun tidak semua dari mereka memiliki kemampuan literasi digital yang memadai. Ini adalah panggilan untuk meningkatkan pendidikan literasi, khususnya literasi digital, agar generasi muda bisa menjadi konsumen informasi yang cerdas.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengintegrasikan pendidikan literasi ke dalam kurikulum di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan formal harus memberikan keterampilan literasi yang lebih baik, yang tidak hanya mencakup keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga berpikir kritis, analisis informasi, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Dengan pendidikan literasi yang baik, kita bisa mengubah generasi pemuda dari Generasi Cemas menjadi Generasi Emas yang siap menghadapi tantangan zaman.
Pemerintah bersama lembaga pendidikan perlu berkolaborasi dalam pengembangan program-program yang mendukung literasi. Contohnya, kampanye pemasyarakatan baca, pelatihan bagi pengajar mengenai metode pengajaran literasi yang menyenangkan, serta penggunaan teknologi informasi untuk mendukung proses belajar mengajar. Inisiatif ini bukan hanya akan melahirkan individu-individu yang paham literasi, tetapi juga masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya informasi yang benar dan akurat.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan. Jika kita ingin melihat generasi mendatang menjadi pemimpin yang cerdas dan inovatif, kini saatnya bagi kita untuk bertindak. Mari kita jawab tantangan ini dengan komitmen dan nyata dalam penguatan pendidikan literasi di seluruh lapisan masyarakat. Apakah kita akan membiarkan generasi kita terjebak dalam ketidakpahaman dan kebodohan, atau memfasilitasi mereka menuju kesuksesan? Pilihan ada di tangan kita. **
(Red)
Sumber : Opini observasi Media Tim 8 Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Pelita Bangsa Fakultas Ilmu Keguruan dan Tarbiyah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)