Temporatur | Malam 1/3 Titik Kerinduan Poros Tungku Itu Tersulut “Mengeluarkan Makna Diri”, Sejarah Dua Roda Tinggal Bumbu Do’a (11/9/2025)
Kreo demplon dijajarkan kerap meruput luput sujud bebaring sejenak membentangkan sejajar antara satu telapak dengan poros telapak jari menelungkup ke bumi dalam secerah asa memanggil puji asma-Nya. yang membentuk mata pun bersimpul meretas antara sedih atau bahagia itu memanggil di relung kehampaan kosong di malam bersimpuh memastikan ada-Nya.
zaman tak pernah salah, setetes air yang membasahi dikujuran tubuh selalu laliput mengucap “diri ini hadir untuk-Mu”, sesering dalam kalimat ketauhidan tak ada rendah atau tinggi nya derajat insan bila telah jatuh berserah kepada hadapan sejatii Nur Ilahiyah.
jalan ke dua arah – pasti tertuju kepastian cukup mensyukuri satu arah pada poros nya “nilai diri itu meratapi ketika bujuran tubuh berserah ibadah memoles diri kepada-Nya”.
sakit belum masalah, hina setelah merunduk diri tanpa menghilangkan suatu bathiniyah itu tertumbuh pada kodratullah dihiasan dunia ini tersirat menjalani edar rumusan hari ke hari sampai tahunan pencapaian termaksud atau melupakan.
penantian malam 1/3 berlanjut – kedepan hadap-Nya (jangan sekedar di lisan terkemas dalam kepalsuan dunia digeluti berbagai pesona mata-mata kecantikan paras kota atau desa itu ada). ini malam selanjutnya berjalan pada titian ilmu pengkajian sebaik amaliyah itu meneruskan dari dasar diri pun terpelihara.
sampai saatnya, akhir dunia disirami kemasan pengumpat-pengumpat kekuatan tetap “terbawa hingga maut pun tiba dipertanggungjawabkan” ibadah ghoiru magdho ini akan terus membungkus kekotoran, kepasatan, sampai lini tipis kujuran tubuh jadi diresikan dari kegelisahan lisan terpatri(*)
dengan demikian bekal jiwa itu akan menuai kerapihan kembali, sebelum semua berepulang pada tempat peristirahatan masing-masing karena pertanggungan yang dimiliki setelah alami keduniaan diporos malam 1/3 untuk bersandar selalu taat keilmuaan kepada-Nya, (sampai jalan terang pun membahagiakan kedatangan dalam bungkusan dinn, dunia, lan’ akhirat selalu rindu keberadaan titik : Mahabbah Abiyil Nur Muhammad SAW ).
jangan sampai hati menjadi artefak ketamakan dalam 1/3 malam di keheningan yang akan menanti panjang hingga pagi menjelang terbit di kepastian maksud dan tujuan kepada hukum-Nya.(Wid)